Cedera Betis, Apriyani/Fadia Mundur di 16 Besar Asian Games 2022

Sports


Rabu, 4 Oktober 2023 – 18:29 WIB

Hangzhou – Pasangan ganda putri Indonesia Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti memutuskan mundur di babak 16 besar Asian Games 2022 Hangzhou setelah Apri mengalami cedera.

Baca Juga :


Tampil Solid, Gregoria Mariska Kunci Tiket 8 Besar Asian Games 2022

Apri/Fadia berhadapan dengan pasangan ganda putri Jepang Yuki Fukushima/Sayaka Hirota dalam pertandingan yang berlangsung di Binjiang Gymnasium, Rabu 4 Oktober 2023.

Selama pertandingan berlangsung, Apri menahan sakit di betis kanan menyusul cedera yang ia alami pada pertandingan di babak 32 besar. Ketika itu ia mengalami salah tumpuan saat melakukan smash.

banner-ad

Baca Juga :


Hajar Thailand, Fajar/Rian Melangkah Mulus ke Perempatfinal Asian Games 2022

Kondisi tersebut membuat pertandingan berjalan dengan keunggulan Yuki/Sayaka yang menutup interval gim pertama dengan selisih delapan poin, 11-3.

Usai interval gim pertama, Yuki/Sayaka mampu memperoleh tiga poin berturut-turut, 15-3. Lalu pertandingan dihentikan karena Apri mengalami cedera dan memutuskan untuk mundur dari pertandingan.

Baca Juga :


Raksasa Sungai Gangga Ngamuk, Ganda Indonesia Jadi Korban di Asian Games 2022

Pelatih ganda putri Indonesia Eng Hian mengatakan Apri mengalami cedera betis kanan karena mengalami salah tumpuan saat menghadapi Hong Kong di babak 32 besar kemarin.

“Apri mengalami cedera betis kanan. Ini cedera yang sama saat All England 2022 lalu. Kejadiannya saat kemarin saat melawan pasangan Hong Kong, ada gerakan yang tidak pas jadi terasa lagi. Karena kemarin sudah match point jadi Apri memaksa untuk menyelesaikan pertandingan,” kata Eng Hian dilansir dari keterangan resmi.

Eng Hian mengungkapkan Apri telah menjalani terapi dan pemulihan, namun kondisinya saat ini memang tidak memungkinkan untuk melanjutkan pertandingan.

“Dari tadi malam dilakukan terapi dan pemulihan. Tadi pagi kami evaluasi, dia bilang masih coba dulu. Tapi kondisinya tidak bisa dipaksakan, daripada semakin parah, diputuskan untuk mundur. Untuk gerakan kecil-kecil sudah tidak sakit, tapi untuk bermain kan harus ada jangkauan yang jauh, harus ada eksplosivitas, harus ada reaksi, ternyata itu masih ada rasa nyeri,” ungkap Eng Hian. (Ant)