Jejak Kerajaan Singosari di Kota Surabaya

Food & Travel


Surabaya – Kota Surabaya tak hanya menyimpan bangunan bersejarah dari pemerintah kolonial Belanda, tapi juga benda bersejarah dari salah satu kerajaan termasyhur Nusantara. Adalah Arca Joko Dolog, peninggalan kerajaan Singosari, yang dapat dijumpai di Surabaya.

Lokasi cagar budaya Arca Joko Dolog ini berada tidak jauh dari Jalan Gubernur Suryo dan masuk melewati Jalan Taman Apsari.

Arca Joko Dolog ini bukan berasal dari Kota Surabaya, melainkan dipindahkan dari tempat asalnya di Desa Kandang Gajah, Trowulan, pada tahun 1817 dengan tujuan akan dibawa ke negeri Belanda menggunakan kapal.

“Tadinya arca ini akan dibawa ke Belanda untuk menjadi koleksi Museum Leiden disana. Tapi kapal yang akan membawanya tidak bisa berangkat karena terlalu banyak muatannya. Kemudian patung ini oleh Belanda ditinggalkan begitu saja di sebuah tempat yang sekarang dijadikan tempat SMU Trimurti,” jelas Wewe Iswandi, salah satu anggota Komunitas Prabu Kertanegara, yang turut merawat Arca Joko Dolog.

Lebih lanjut, pria yang tinggal di sekitar lokasi Arca Joko Dolog itu mengungkapkan, patung atau arca ini merupakan perwujudan dari Sang Raja Singosari yang terakhir, Prabu Kertanegara.

banner-ad

Patung ini memiliki nilai history yang tinggi terkait kebesaran dan kewibawaan Nusantara pada masa lampau di era Kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit.

“Patung tersebut dibuat untuk menghormati Kertanegara, putra Wisnu Wardhana sebagai Raja Singosari pada masa itu. Prabu Kertanegara terkenal karena kebijaksanaannya dan pengetahuannya yang luas dalam bidang hukum,” tukasnya.

Pada lapiknya atau dudukan Arca Joko Dolog terdapat prasasti yang merupakan sajak, memakai huruf Jawa kuno, dan berbahasa Sansekerta.

Masih menurut Wewe, hingga kini belum ada satu ahli sejarah pun yang dapat membaca tulisan pada dudukan Arca Joko Dolog secara utuh. Kalaupun terbaca hanya sepanggal-penggal saja.

Wewe juga menjelaskan jika penyebutan patung perwujudan Prabu Kertanegara dengan nama arca Joko Dolog tak terlepas dari budaya ludruk di Surabaya.

“Dulu dalam ludruk ada kisah Joko Dolog yang sangat fenomenal, dan arca ini saat ditemukan tak jauh dari pohon dolog. Jadilah arca ini dikenal dengan sebutan Joko Dolog,” kisahnya.

Di komplek situs peninggalan sejarah ini selain arca utama Joko Dolog, terdapat pula arca-arca yang lebih kecil di sepanjang jalan masuk. Serta sebuah tempayan air sebagai tempat air suci yang terletak di bagian sebelah kiri gapura.

Artefak-artefak itu didatangkan dari Gunung Penanggungan, Trowulan.

“Kalau artefak yang disekitaran Arca Joko Dolog tidak ada kaitannya dengan arca utama karena memang hanya tambahan saja, sebagai pelengkap koleksi disini,” imbuhnya.

Tempat wisata sejarah ini banyak dikunjungi oleh masyarakat yang ingin berziarah maupun masyarakat yang ingin melihat lebih dekat Arca Joko Dolog ini.
(rur)