Tajin Mirah, Kuliner Khas Masyarakat Madura Rayakan Bulan Safar

Food & Travel


Masyarakat di Jawa Timur memiliki tradisi khusus untuk merayakan datangnya bulan kedua dalam penanggalan Hijriah yakni Safar. Di Madura misalnya, ada sebuah tradisi membuat makanan khas yakni Tajin Safar atau Tajin Mirah yang rutin dilaksanakan masyarakat Madura saat bulan Safar datang.

Tajin jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti bubur, sedangkan mirah artinya merah. Berbeda dari bubur kebanyakan yang berasal dari beras, Tajin Mirah ini terbuat dari adonan tepung ketan yang dibentuk bulatan-bulatan kecil seukuran kelereng, atau bisa juga dibentuk agak lonjong, dan biasa disebut candil. Candil ini kemudian dimasak dengan air gula jawa sehingga menghasilkan warna kecoklatan.

Selain candil, dalam Tajin Mirah juga terdapat bubur mutiara. Candil dan bubur mutiara ini lantas disiram santan saat penyajiannya.

Tajin Mirah memiliki rasa yang tergolong unik karena perpaduan rasa manis gula jawa dan gurihnya santan. Tajin Mirah biasanya dihidangkan di piring, lantas dibagikan kepada para tetangga. Tradisi berbagi ini dalam masyarakat Madura disebut dengan Ter-Ater.

Menurut Rodiyah, warga kecamatan Arosbaya, Bangkalan, tradisi bagi-bagi Tajin Mirah di bulan Safar ini sudah ada sejak turun temurun.

“Kalau tanggal bikinnya ya terserah yang buat, asal dilakukan di bulan Safar. Setiap keluarga disini pasti bikin Tajin Mirah,” ujar Rodiyah, dilansir dari Kumparan, Sabtu (10/10).

banner-ad

Selain mengandung makna keharmonisan antarwarga karena membagikan makanan untuk tetangga, Tajin Mirah, kata Rodiyah, juga menjadi simbol rasa syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan rezeki. Untuk itulah, tradisi membuat Tajin Mirah terus dijaga dan dilestarikan masyarakat Madura hingga kini.